''Semua orang menganjurkan Baba meninggalkan saya dan menikahi perempuan lain yang bisa memberinya anak.
Beruntung, sang suami Baba Ram termasuk suami setia. Hingga usia Rajo Devi menapak sampai 70 tahun dan di atas kertas sudah tak lagi mungkin bisa melahirkan anak, Baba tetap tak mau meninggalkannya.
Tapi, tak urung keduanya harus rela hidup menyisih dari keramaian. Mereka terpaksa menghindari acara-acara publik. Terutama yang melibatkan keluarga besar kedua pihak. Baik itu pesta pernikahan atau festival-festival adat.
''Kami dikenal sebagai pasangan yang tidak bisa punya anak. Itu bukan sesuatu yang baik. Dalam kultur kami, keluarga sama artinya dengan memiliki anak,'' ujar Baba Ram, 72 tahun.
Untuk sedikit mengendurkan tekanan, Baba lantas memilih menetap bersama keluarga besar istrinya. Tapi, mereka tetap menjauh dari komunitas sekitarnya. Rajo Devi dan Baba Ram menyibukkan diri di lahan pertanian untuk mengesampingkan pikiran tentang anak. Namun, bukan berarti mereka sudah tak lagi memiliki keinginan untuk memiliki keturunan.
Berbagai ikhtiar mereka lakukan. Berdoa di tempat-tempat yang dianggap bertuah sampai berdamai dengan Tuhan. Caranya, menikahkan Baba Ram dengan adik perempuan Rajo Devi, Omni. Sayang, istri kedua Baba Ram itu pun dinyatakan tidak bisa punya anak.
Sampai akhirnya, kabar penyulut semangat itu datang dari salah seorang tetangga mereka yang membaca di Koran tentang perempuan 60 tahun yang punya anak. Perempuan beruntung itu melahirkan sepasang bayi kembar setelah menjalani program bayi tabung. Berita tersebut menerbitkan kembali harapan Rajo Devi untuk punya anak. Bersama Omni, pasangan suami-istri buta aksara itu pun menempuh perjalanan 40 kilometer untuk membuktikan sendiri keajaiban medis yang dikabarkan tetangga mereka tersebut.
''Mereka menyarankan kami menjalani serangkaian tes dan minum obat untuk mendapatkan anak,'' ujar Rajo Devi yang bertemu langsung dengan ibu 60 tahun tersebut. Saran yang tidak pernah dia dengar sebelumnya itu pun lantas diikuti. Ketiganya lantas berangkat ke kota besar terdekat, Hisar. Berbekal INR 175 ribu (sekitar Rp 41 juta) yang didapat dari menjual dua kerbau, menggadaikan lahan pertanian, dan berutang, keluarga tersebut menjalani tes kesehatan.
Langkah pertama mereka untuk mendapatkan Naveen adalah membeli sel telur dari seorang donor. ''(Sel telur itu) Berasal dari gadis baik-baik yang tinggal di kota ini. Tapi, mereka tidak menanyakan identitasnya,'' kata Anurag Bishnoi, dokter yang menangani program bayi tabung Rajo Devi. Setelah mendapatkan sel telur, Rajo Devi dan Omni lantas menjalani tes kesehatan untuk dipilih yang kondisi fisiknya lebih memungkinkan menjadi seorang ibu. Tes kesehatan menunjukkan hasil yang lebih baik atas Rajo Devi.
Dengan sedikit bantuan medis, sperma Baba Ram yang tidak mampu menembus sel telur donor karena efek kecanduan rokok pun akhirnya bisa membuahi. Hasil pembuahan itu lantas disemaikan di rahim Rajo Devi.
Sejak saat itu, perempuan 70 tahun tersebut akrab dengan morning sickness. Kendati demikian, nyaris tidak ada yang berubah dari rutinitas Rajo Devi. Dia tetap bekerja di ladang dan bercocok tanam. Tapi, delapan pekan menjelang hari perkiraan lahir, dia kehilangan tiga liter darah, dan dokter melakukan bedah caesar.
Naveen pun lahir dengan berat badan 1,5 kilogram pada 28 November 2008. ''Wajahnya seperti Baba. Kaki dan tangannya mirip dengan kaki dan tangan saya. Tidak ada warisan fisik orang lain yang melekat kepadanya,'' ujar Rajo Devi ceria. Omni pun tidak kalah bahagia. Istri kedua Baba Ram itu pun menyambut kelahiran Naveen seperti anaknya sendiri.
Hanya 18 bulan setelah melahirkan bayinya, ibu tertua di dunia kini sekarat dan terancam tak hidup lama.
Rajo Devi Lohan, yang menorehkan rekor sebagai perempuan tertua yang melahirkan bayi -- di usia 70 mengatakan, dia terlalu lemah untuk sembuh dari kehamilan melalui teknologi pembuahan in vitro (IVF) yang kontroversial.
Dia yang kini berusia 72 tahun menderita pendarahan internal, rahimnya pecah pasca operasi caesar. Dia lalu diharuskan melakukan operasi untuk menghilangkan kista di rahimnya.
Seperti dilaporkan Daily Mail, meski kondisinya lemah, Lohan mengabaikan perintah dokter untuk tetap istirahat. Sebaliknya, wanita India itu nekat berjongkok untuk memerah susu kerbau.
Akibatnya, dia terlalu lemah untuk mengangkat putrinya, Naveen. Dia terpaksa terus berbaring di tempat tidur.
Lohan dan suaminya, Balla, petani miskin dari Baddhu Patti, India, memang telah lama mendambakan seorang anak.
"Dokter tidak pernah memperingatkan berbahaya untuk memiliki bayi pada usia saya," katanya.
Meski terancam tak bisa melihat anaknya berulang tahun yang kedua, Lohan mengaku tak pernah menyesal. "Dalam hidupku aku selalu mendambakan anak, tak masalah jika aku sakit karenanya, sebab aku diizinkan untuk hidup sebagai ibu," kata dia.
Kondisi Lohan membuat dokter yang merawatnya, Anurag Bishnoi, kebanjiran kritik karena membiarkan perempuan renta yang berisiko tinggi melahirkan.
Namun, dokter itu membantah ada kaitan antara kehamilan dan penyakit yang diderita nenek itu. Kata dia, kelahiran Naveen justru yang terpenting. "Lohan tidak harus menghadapi stigma mandul," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar