gamelan:
prolog:
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Lalu apa itu Gamelan Supra ??
Gamelan Soepra adalah seperangkat gamelan lengkap yang dibuat khusus hingga memiliki titi laras diatonik, bukan pentatonik, hingga bisa memainkan lagu-lagu modern dari berbagai aliran.
Gamelan supra (SUgijaPRAnata), yang awalnya disebut sebagai gamelan kromatik diatonis, hasil perpaduan musik Timur dan Barat, digunakan sebagai sarana untuk pendidikan. Gagasan penciptaan dan pengembangan gamelan supra muncul tahun 1957 sebagai sarana untuk pendidikan karakter Ignatian tidak lepas dari sosok P Henricus Constant van Deinse SJ yang seorang pastur ordo Jesuit yang humanis.
Sebagai seorang musikus, keunggulan Pater Van Diense, tidak disangsikan lagi, ia mengembangkan pendidikan musik, salah satunya adalah gamelan supra. Baginya, musik adalah luar biasa. Musik bisa menghibur, mengobati, dan memotivasi.
Oleh karenanya, Pater Van Diense SJ, secara kreatif dan kontekstual mengembangkan musik supaya musik menjadi lebih menyenangkan dan menggembirakan. Musik yang menyenangkan dan menggembirakan memberi semangat hidup bagi para pemainnya.
Gamelan Jawa yang pentatonik disulap dengan kreativitasnya menjadi gamelan supra yang diatonik sehingga tidak hanya dapat memainkan gendhing- gendhing karawitan Jawa tetapi juga dapat memainkan berbagai macam jenis lagu.
Pendeknya, gamelan supra tidak hanya mampu memainkan musik-musik gaya Jawa yang nota bene bernotasi pentatonis tapi juga mampu memainkan berbagai macam musik lain seperti pop, Jazz, bahkan klasik yang bernotasi diatonis.
Nama "" Soepra "" diberikan oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno, pada tanggal 22 Juli 1965, setelah ia mendengarkan pertunjukan gamelan supra, yang dipimpin Henri Konstan van Deinse, SJ, pada sebuah konggres di Senayan, Jakarta.
Soekarno mengambil nama dari para uskup pertama Indonesia, Mgr A. Soegijopranoto.
sedangkan Deinse sendiri adalah Belanda dan ditugaskan di SMA Kolese Loyola Semarang antara 1955 dan 1973. Ketika Soekarno menawarkan untuk memberikan kepadanya imbalan untuk hasil kreatifitasnya memodifikasi sebuah gamelan Jawa tradisional ke gamelan Soepra, dia hanya minta naturalisasi sebagai warga negara Indonesia.
supra berbeda dengan campur sari:
Soepra dan campur sari adalah "" dua hal yang berbeda "".
Satu set lengkap gamelan Soepra instrumen saron, gender, gambang, bonang, gong dan kendang - telah disesuaikan untuk bermain catatan diatonis. Dalam campur sari, gamelan tetap dalam catatan pelog dan salendro pentatonis.
Perbedaan lain, adalah bahwa Soepra gamelan dimainkan oleh sejumlah besar pemain gamelan, sedangkan untuk campur sari gamelan dimainkan oleh ensemble yang lebih kecil.
Gamelan Soepra juga menggunakan beberapa instrumen lain yang tidak biasanya ditemukan dalam satu set gamelan tradisional Jawa. Salah satu instrumen tersebut adalah gong kemondong, yang biasanya digunakan dengan gamelan Jawa tradisional hanya untuk menemani coke'an, sebuah genre musik tradisional Jawa.
Sumber:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4764151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar